Rabu, 14 Desember 2011

I’m A Secret Admirer (cerpen)


Setiap sore hari aku selalu datang ke perpustakaan umum dekat pusat kota. Sebenarnya aku tidak hobi membaca buku tapi aku kesana karena aku ingin sekali melihatnya lagi. Yah, sudah seminggu ini aku sangat aktif ke perpustakaan untuk melihatnya, Pangeran Pujaanku. Semua bermula tanpa ketidaksengajaan.

#Flashback On

            Hari itu aku hendak meminjam sebuah buku pelajaran untuk menyelesaikan tugas sekolahku. Karena baru pertama kalinya aku datang kesitu aku bingung harus melakukan apa. Saat itu penjaga perpustakaan sedang sibuk dan aku disuruh untuk mencari buku itu sendiri. Akhirnya akupun mencarinya sendirian. Semua lorong sudah kuputari dan aku menemukan buku itu tepat dilorong terakhir. Namun karena buku itu terletak jauh diatas akupun sulit untuk mencapainya. Aku berusaha keras untuk meraihnya tapi tetap gagal. Sampai tenagaku habis dan memutuskan untuk mengurungkan niatku meminjam buku itu. Entah apa yang terjadi tiba tiba dari samping datang seseorang menolongku. Dia mengambilkanku buku itu. Kemudian dengan ramah dia memberikannya padaku. Aku hanya bisa terdiam saat itu karena terpesona melihatnya. Setelah memberikan buku itu dia tidak bicara apapun padaku. Kemudian dia meninggalkanku tapi dengan meninggalkan sebuah senyuman. Senyuman yang sangat manis. Hari kedua aku datang lagi ke perpustakaan itu untuk mengembalikan buku yang sudah aku pinjam. Dan tanpa disengaja aku bertemu dengannya lagi. Dia sedang duduk di deretan bangku paling belakang dan sedang membaca buku sambil mendengarkan musik dari ipodnya. Sejenak aku terpesona melihatnya. Meski sangat diam tapi dia terlihat anggun dan cool. Sejak saat itu aku sering sekali datang ke perpustakaan itu untuk sekedar mengaguminya.

#Flashback Off

            Hari ini adalah hari ketujuh aku mengamatinya dan aku tidak pernah bosan. Ternyata dia sering sekali datang kesini untuk membaca buku terkadang juga bercanda ria bersama dengan teman temannya. Semakin hari aku semakin penasaran dengannya. Namun ketika aku hendak memberanikan diri untuk berkenalan dengannya rasanya aku malu. Akupun mengurungkan niat itu dan hanya menjadi seorang Pengagum Rahasianya.

            Suatu hari pada hari selasa hari dimana dia meluangkan waktunya di perpustakaan cukup lama dan hari dimana aku sangat puas mengamatinya, dia tidak datang. Aku bingung dan sangat penasaran kenapa hari itu dia tidak datang. Apakah dia sakit? Ataukah dia ada urusan yang lain? Seribu pertanyaan muncul dibenakku. Karena hari itu dia tidak datang jadi aku memutuskan untuk pulang. Hari berikutnya dia tidak datang lagi. Aku semakin khawatir dan sangat mencemaskannya. Dan dari semua perasaan itu ada satu perasaan yang sangat menonjol yaitu rasa kangen. Huft, lagi lagi dia tidak datang akhirnya akupun memutuskan untuk pulang. Tapi hari itu bukan hari terakhir dia tidak datang ke perpustakaan. Hari berikutnya dan seterusnya dia tetap tidak datang. Hal ini membuatku sedih dan tidak bersemangat. Sebenarnya kemana dia. Apa yang sedang dia lakukan. Andai aku bisa meminta satu saja permintaan inginku meminta untuk dipertemukan kembali dengannya. Dan bila itu benar terjadi aku tidak akan menyia nyiakan kesempatan itu.

            Hari terus berlalu tanpanya. Namun aku tidak pernah bosan menunggunya di perpustakaan tempat kami pertama kali bertemu. Namun semakin hari aku semakin merasa kehilangan. Akupun memutuskan untuk tidak datang ke tempat itu lagi karena aku tidak mau semakin merasa sedih.
”Nat?Nat?Natasya??”teriak Nesa teman sekolahku. Akupun tersadar dari lamunanku.
”ada apa?”
”ada apa?!aku bingung dech sama kamu. Kamu sebenarnya kenapa sich kok akhir akhir ini diam dan sering melamun?nggak biasanya seperti itu.”
”enggak. Aku nggak papa kok.”
”jangan bohong!aku kenal banget sama kamu. Bukan sifat kamu yang pendiam dan sering melamun kayak gini. Pasti ada yang lagi kamu pikirin, ya kan?!”desaknya.
”aku...huhh...aku memang sedang memikirkan sesuatu Nes.”kataku akhirnya.
”apa?ceritakan padaku mungkin aku bisa bantu.”
”aku lagi mikirin seseorang. Seseorang yang udah berhasil bikin aku seperti ini.”
”siapa?”
”dia...dia Pangeran Pujaanku.”
”Pangeran Pujaan?hello...kamu nggak lagi mimpi kan. Ini lagi didunia nyata lho.”
”aku nggak mimpi kok aku serius. Udah lama aku mengaguminya tapi sampai sekarang aku belum berkenalan dengannya.”
”so, kenapa kamu nggak kenalan sama dia?”
”itu dia. Aku nggak berani. Aku terlalu malu untuk mendekatinya.”
”tapi kalau menurut aku kamu harus kenalan sama dia sebelum kamu nyesel nggak bisa kenalan sama dia untuk selamanya.”
”tapi semua itu udah terlambat Nes.”
”terlambat gimana?”
“dia udah pergi. Aku udah jarang bertemu dengannya lagi. Aku merasa kehilangan saat dia nggak ada.”tundukku sedih.
”hehm...ya udah sabar ya. Mungkin dia bukan jodoh kamu. Udah jangan sedih gimana kalau nanti pulang sekolah kita jalan jalan. Buat ngilangin rasa sedih kamu. Kamu mau ya?!”hibur Nesa.
”huft...iya dech.”
Akhirnya siang itu setelah pulang sekolah aku dan Nesa pergi jalan jalan ke taman. Meski Nesa sudah berusaha menghiburku tapi aku tetap merasa sedih. Aku semakin tidak bersemangat siang itu.
”Nes...kita pulang yuk udah sore nich!”ajakku.
“yahh kok pulang sich kan kita masih setengah jam disini. Entar aja dech.”
”tapi aku pengen pulang.”paksaku.
”ya udah dech tapi bentar ya aku mau kesana dulu beli es krim. Bentar aja kok, ya?!”
”ya udah sana dech.” akupun menunggu Nesa yang sedang membeli es krim. Selama menunggu Nesa aku duduk di bangku taman dan kembali larut dalam lamunanku. Aku sampai tidak menyadari kalau Nesa sudah kembali.
”Nat?Natasya??”panggil Nesa dengan suara sedikit keras hingga membuatku terkejut.
”udah balik?kalau gitu ayo pulang.”
”tunggu jangan pulang dulu. Aku mau ngenalin kamu sama temen SMP aku. Kamu pasti seneng dech.”
”enggak ah pulang aja yuk.”
”yahh ayolah ya.”paksanya. Akhirnya aku menuruti keinginan Nesa meski dengan rasa malas. Kami menghampiri tiga cowo yang saat itu sedang duduk duduk manis di lapangan.
”hai semua!”sapa Nesa pada ketiga cowo itu.
”hai Nes?!udah lama nggak ketemu.”kata salah seorang dari tiga cowo itu.
”iya bener. Makanya aku kaget banget pas liat kalian disini jadi aku samperin aja kalian kesini. Oh ya aku juga bawa temen aku lho. Namanya Natasya.” ketika Nesa mengenalkan aku pada mereka bertiga aku hanya diam dan menunduk. Ketiga cowo itu berdiri dari duduknya dan berniat untuk menyalamiku.
”ohh hai aku Daniel.”kata cowo yang berperawakan tinggi.
”ini Jo dan yang ini Sandhy.”sambungnya sambil mengenalkan kedua temannya. Sejenak aku memandang mereka dan memberikan senyumanku.
”Natasya!”jawabku.
”oh ya kalian cuma bertiga?”sahut Nesa.
“enggak kok tadi kita datang kesini barengan sama Rafael.”jawab Daniel.
”terus Rafaelnya mana?”
”bentar lagi juga dateng tadi dia pergi sebentar.” Tak berapa lama kemudian ada satu orang cowo lagi menghampiri kami. Namun karena aku tak begitu tertarik aku tetap saja menunduk.
”ehh sorry ya lama nunggu. Hai Nes kamu disini juga?”sapa cowo yang baru saja datang itu.
”iya. Udah lama ya kita nggak ketemu?”
”iya bener.”
”ohh ya Raf kenalin ini temen aku namanya Natasya.”kata Nesa mengenalkanku pada cowo itu.
”ohh hai Nat aku Rafael. Salam kenal ya.”katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku terdiam dan tetap menunduk sampai aku tidak menanggapi uluran tangannya.
”Nat!!”bisik Nesa memberitahuku. Akupun mengangkat kepalaku dan hendak menjabat tangannya. Tapi sebelum aku sempat meraih tangannya aku sangat terkejut dan tidak bisa berkata apa apa. Ternyata cowo yang dikenalkan padaku itu adalah cowo yang selama ini aku cari dan aku tunggu. Dialah Sang Pangeran Pujaan yang sudah membuatku bersemangat. Karena terlalu terkejut aku sampai lupa untuk berjabat tangan dengannya. Dia yang bingung melambai lambaikan tangannya kedepan mukaku untuk menyadarkanku.
”hai?kamu nggak papa?”tanyanya.
”ohh aku...aku...aku nggak papa kok. Maaf ya.”jawabku gelagapan. Akupun langsung menjabat tangannya dan berkenalan dengannya. Sungguh aku tidak mempercayai hari ini. Orang yang selama ini aku cari namun tak pernah aku temui. Seseorang yang sangat aku kagumi dan selalu membuat aku bersemangat kini bisa kutemui lagi dan aku bisa berkenalan dengannya. Yah, dialah Pangeran Pujaanku, Rafael namanya. Thanks God.
”ehm...ya udah dech kita pulang dulu ya soalnya temen aku dari tadi ngajak pulang.”kata Nesa membuyarkan lamunanku.
”yah kok pulang kita kan baru sebentar ketemu masa udah mau pulang sich.”sahut Jo.
”iya nich. Emang nggak kangen sama kita?”tambah Sandhy. Terpancar dari wajah mereka rasa kecewa begitu juga aku. Aku masih ingin bersama dengan Rafael setelah lama kami tak bertemu.
”tapi Natasya dari tadi ngajakin pulang.”
”ohh enggak kok. Nggak papa kali Nes mereka kan pengen ngobrol sama kamu setelah lama nggak bertemu.”kataku mencari alasan.
”tapi kamu tadi...”
”aku nggak papa kok. Aku mau nemenin kamu kok.”
”ohhh...ya...ya udah dech kalau gitu.”akhirnya kami tidak jadi pulang dan kami bisa berkumpul dengan mereka. Ternyata mereka sangat asyik di ajak bercanda. Sebenarnya bukan karena kebersamaan mereka tapi karena aku bisa bertemu dengan Rafael. Tak terasa sudah semakin sore dan kamipun menyudahi obrolan kami. Sangat berat rasanya aku berpisah lagi dengannya. Tapi mau apa lagi aku tidak mungkin menahannya terus.
”ehh udah sore nich pulang yuk!”ajak Jo.
“iya nich. Yah padahal masih pengen ngobrol.”sahut Sandhy kecewa dan ku setujui kekecewaannya itu.
“ya udah nggak papa entar juga pasti ketemu lagi.”hibur Rafael. Mendengar kata katanya aku jadi sangat tenang.
”kalau gitu kita duluan dech.”pamit Daniel.
”oke sip.” merekapun pergi meninggalkan kami. Ketika mereka berlalu pergi aku merasa cemas. Aku takut tidak bisa bertemu dengan Rafael lagi.
”kenapa Nat?”tanya Nesa yang menyadari kecemasanku.
”aku...aku takut nggak bisa ketemu mereka lagi.”
”hah??jadi kamu suka ya ketemu sama mereka.”
”tepatnya sama Rafael. Ups!”aku keceplosan. Aduh pasti Nesa curiga.
”ohh jadi kamu naksir Rafael nich. Ya udah biar kamu nggak takut lagi nggak bakal ketemu sama Rafael aku kasih tau dia ya.”
”ha?jangan jangan aku malu.”cegahku.
”udah nggak papa. Raf...Rafael!!Natasya pengen minta nomer hape kamu tuch!!”teriak Nesa kepada Rafael yang belum jauh. Mereka berempatpun menoleh mendengar teriakan Nesa tak terkecuali Rafael. Aku benar benar sangat malu dan tidak bisa berbuat apa apa. Karena mendengar namanya dipanggil, Rafael menghampiri kami. Ketika dia sampai didepan kami aku benar benar salah tingkah dan tak tahu harus berbuat apa.
”ada apa?”tanya Rafael yang membuatku semakin gugup.
”ini nich si Natasya mau minta nomer hape kamu.”kata Nesa sambil melirikku.
”ohh...ya udah nich catet ya.”katanya kepada Nesa namun dia melirik ke arahku. Aku hanya menunduk malu.
”oke thanks ya Raf.”ucap Nesa. Setelah memberikan nomer hapenya Rafael pun pergi. Namun sebelum pergi dia melirik ke arahku lagi dan memberikan senyuman. Aku membalas senyumannya. Setelah jauh aku memarahi Nesa karena malu.
”Nes apa apaan sich?aku malu tahu.”omelku kesal.
”malu tapi mau kan.”goda Nesa.
”ihhh....iya sich. Hahaha.”
”ya udah nich nomer hapenya save ya. Jangan sampai ilang ntar aku males minta lagi.”
”iya iya bawel.”

            Malam harinya aku masih kepikiran siang tadi. Mungkin kalau tadi siang aku buru buru pulang aku tidak bisa bertemu dengan Rafael. Terlintas dalam pikiranku nomer hape Rafael. Akupun mengambil hapeku dan mencari nomernya.
”aduh sms nggak ya?!”gumamku bingung.
“sms aja dech.”akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim sms padanya. Tak berapa lama setelah smsku terkirim datang balasan dari Rafael. Aku sangat senang saat balasan sms itu datang. Aku sampai tidak sanggup untuk membuka sms itu karena terlalu senang. Setelah itu aku membalas sms dari Rafael dan berlanjut sampai tengah malam.
Esok harinya aku sangat bersemangat pergi kesekolah. Dengan bernyanyi nyanyi kecil aku melintasi koridor sekolah.
”cie yang lagi jatuh cinta nich ye.”ledek Nesa yang baru saja datang.
”ahh Nesa biarin aja aku lagi jatuh cinta.”
”gimana sama Rafael?”
”ehm...baik baik aja kok.”
”dia orangnya asyik kan?!”
”pastinya. Aku jadi pengen ketemuan sama dia lagi dech.”
”ya udah janjian aja minta ketemuan.”
”aku malu ah. Takut ngganggu.”
”ya elah gimana mau berkembang kalau kamu nggak berani mulai.”
”hehm...iya dech ntar aku sms dia. Oh ya kamu tau nggak Rafael itu orang yang aku ceritain waktu itu.”
“masa?yang mana sich aku lupa?”
”yee masih muda udah pikun.”
”ya maaf.”
”itu tuch yang aku bilangin dia itu Pangeran Pujaan aku.”
”ohhh yang itu. Iya iya aku tau sekarang. Cie udah ketemu lagi nich sama Pangeran Pujaannya cikiicieww.”ledek Nesa berlebihan.
”ihh apaan sich.”kataku malu sambil mencubit pinggang Nesa.
Seperti saran Nesa akupun mengajak Rafael untuk ketemuan. Sebenarnya aku grogi untuk ketemu Rafael berdua tapi karena aku ingin lebih dekat dengannya akupun memberanikan diriku. Setelah kukirim sms itu beberapa menit kemudian Rafael membalasnya dan menyejutui untuk ketemuan.

            Hari minggu aku datang ke taman tempat aku berkenalan dengan Rafael. Disanalah kami janjian. Setelah menunggu beberapa saat Rafael datang.
”sorry ya Nat nunggu lama ya?”
”enggak kok nggak papa.”
”ohh ya udah kita mau kemana nich?”
”ehm...terserah kamu aja dech.”
”kalau gitu kita ke tempat itu aja. aku tahu tempat yang asyik buat jalan jalan.”usul Rafael.
”oh ya udah.”kataku menyetujui. Ternyata kami pergi kesebuah pantai yang sangat indah. Karena hari itu sudah malam jalananpun hanya diterangi oleh beberapa lampu jalan. Angin sejuk datang dan membuat hatiku semakin melayang.
”hehm...udaranya sejuk ya.”kata Rafael memulai pembicaraan.
”i...iya.”jawabku gugup. Sejenak kami diam membisu. Kemudian ku beranikan diri untuk berbicara dengannya.
”ehm...Raf kamu masih ingat sama aku nggak sich?”
”ingat?maksudnya?”
”ya...kita kan sebenernya udah pernah ketemu. Kamu lupa?”
”masa sich?kayaknya aku lupa dech. Emang kita ketemu dimana?” aku menghela nafas panjang.
”huft...kita pernah ketemu di perpustakaan umum dekat pusat kota.”
”ohhh yang itu. Iya iya. Pantesan kok kayaknya aku pernah liat kamu tapi dimana ya.”
”kamu kok sekarang jarang kesana sich?bukannya kamu sering banget ya baca buku disana?”
”kok kamu bisa tau aku sering kesana?”tanyanya mulai curiga. Aku mulai menyadari kalau aku tidak sengaja keceplosan. Aku bingung harus menjawab apa namun aku putuskan untuk jujur padanya.
”ehm...sebenernya sejak aku ketemu kamu diperpustakaan waktu itu aku sering banget kesana. Aku...aku kesana buat ketemu sama kamu lagi.”jelasku malu malu.
”ohh gitu. Kenapa nggak nyamperin aku?”
”ee...itu...karena aku terlalu takut. Aku takut nggangguin kamu. Tapi akhir akhir ini kamu udah nggak pernah kesana lagi. Kenapa?”
”hehm...itu karena aku udah males ke perpustakaan. Semenjak keluargaku punya masalah besar aku udah jarang kesana lagi.”jelasnya.
”ohh gitu...”kami diam untuk beberapa saat. Kemudian aku berniat untuk menyatakan perasaanku saat itu.
”aku harus bilang ke dia sekarang tentang semua perasaanku. Tidak akan ada kesempatan lagi setelah ini.”batinku.
”ehm...Raf aku mau ngomong sesuatu sama kamu.”
”apa?”
”aku...aku...aku sebenernya su...suka sama kamu Raf.”kataku akhirnya. Aku merasa lega karena berhasil mengatakannya. Namun aku masih penasaran dengan jawabannya. Kulihat dia masih diam. Kurasa dia terkejut dengan pernyataanku ini. Yah bisa aku maklumi kami baru saja saling mengenal tapi aku sudah bilang suka padanya. Pasti dia bingung mau menjawab apa.
”aku...hehm...kenapa kamu bisa suka sama aku?”tanyanya balik.
”eh itu...itu karena aku udah lama mengagumimu. Setiap hari kalau aku ke perpustakaan pasti aku akan mengamatimu. Dan semua itu membuatku semakin suka padamu. Jadi sekarang aku mau mengungkapkan semua perasaan itu ke kamu.” Rafael terdiam mendengarkan alasanku.
”saat kamu udah nggak datang lagi ke perpustakaan itu aku merasa sangat kehilangan kamu. Aku jadi nggak bersemangat lagi setelah kamu pergi. Jadi saat aku bisa ketemu kamu sekarang aku tidak mau menyia nyiakan kesempatan ini.”tambahku. Rafael masih saja terdiam. Aku sudah tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Aku hanya pasrah menunggu jawabannya. Apapun yang dia katakan akan aku terima dengan baik.
”hehm...sebenernya aku menghargai keberanian kamu menyatakan perasaanmu ke aku. Karena sebelumnya tidak ada yang berani nembak aku. Kebanyakkan  cewe menilaiku ini sebagai cowo yang aneh yang kuper dan dingin jadi mereka enggan buat deketin aku.”
”terus??”
”ehm...mungkin aku harus kasih jawaban ke kamu sekarang.”
”la...lalu apa jawabannya?”aku semakin penasaran dengan jawaban Rafael. Rafael menghela nafas panjang dan mulai berbicara.
”apa salahnya kalau kita coba.”katanya akhirnya.
”ha?jadi maksudnya kamu...”
”iya...kita jalani aja.”
”hah???serius??jadi kamu terima aku?”tanyaku tidak percaya. Rafael hanya tersenyum dan mengangguk.
“ma…makasi ya Raf. Aku seneng banget dech.”
Malam itu adalah malam terindah untukku. Akhirnya setelah lama aku menanti akupun bisa mengungkapkan semua perasaanku yang terpendam ini. Kamipun menyusuri pantai sambil bergandengan tangan. Malam itu kami merasa sangat bahagia. Kini dia yang hanya menjadi Pangeran Pujaanku sekarang benar benar menjadi Pangeranku.



~ The End ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar